Jumat, 02 Desember 2016

Ketika hujan turun..

Source: www.google.com

Malam itu aku dan mbak fia sama-sama menambah gizi. Bukan istilah perbaikan gizi ala anak kos, karena gizi kami sudah terlalu baik sampai jadi frustasi. Gagal diet justru bagai motivasi untuk tetap makan, makan dan makan. 
Maka jadilah kami boncengan di sekitar jalanan GKB (Gresik Kota Baru) malam-malam lewat pukul tujuh, waktu yang harusnya dimusuhi oleh gadis-gadis untuk makan malam. Niatku cuma ngemil aja sebenarnya (tapi camilan versiku mungkin terlalu berat, bukan menu cantik semacam salad-saladan).
Sampai akhirnya kami menjatuhkan pilihan di mie aceh Kedai Ajay, yang ternyata menunya makanan berat semua. Padahal dulu ada menu camilan lho, semacam roti canai dan martabak. Ada apa dg buku menu ini? 😢

Skip.
Makan selesai. Kami memutuskan untuk pulang ke rumah sebelum makin larut.
Tiba-tiba di tengah perjalanan hujan turun. Terjadilah dialog ala sinetron di antara kami.
Mbak Fia : "Diks, kakak kedinginan"
Aku : "Nggak papa, Kak. I love the rain. Adik suka hujan." (Padahal gigi atas-bawah udah saling berbenturan menahan dingin)
Mbak Fia : "Endel, I love the rain. Nanti Kakak atit. Besok kakak kerja."
Aku : "Enggak kak, enak dingin-dingin nanti tidurnya jadi nyenyak."
Mbak Fia : "Duwingin diks.. hhrrr" (menahan dingin)

Sampai di rumah..
Bapak : "Darimana rek? Wah wah.."
Mbak Fia : "Cari makan, pak. Prima lho pak kesenengen hujan-hujan, uwadem padahal." (Kembali ke dialog normal)

Padahal aku sudah masuk ke dalam rumah, buru-buru mengganti pakaian basahku.

Begitulah,
Kadang menurut kita waktunya tepat, tapi bagi orang lain itu malah mengganggu.

Kadang apa yang kita mau, belum tentu jadi harapan orang lain juga.

Kadang apa yang kita sukai, belum tentu orang lain juga suka. 
Sama kayak makanan, apakah hujan juga urusan selera?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar