Masih di tempat yang sama. Di
bawah pohon.
Tak peduli tepat di kanan kirinya ada bangku kayu, lebih tinggi dan lebih bersih. Nenek itu selalu memilih duduk di bawah, diantara dua bangku kayu, tanpa sehelai kain pun sebagai alas, beratapkan daun dan
ranting pohon.
Aku melihat si Nenek ketika
masuk atau keluar kampus. Kalau sedang tidak terburu-buru, aku sempatkan
menyapa si Nenek, "Mbah..." sambil tersenyum. Lalu Nenek akan
membalas sapaanku dengan menganggukkan kepala dan berkata "ati-ati,
nak" atau "pagi-pagi kok sudah berangkat, nak".
Atau saat pulang kuliah dan
cuaca lagi panas-panasnya, si Nenek akan berkata "Kok nggak bawa payung,
nak, panas, nak....." Dan tidak lupa selalu berkata "ati-ati,
nak".
Atau saat langit lagi baik
hati menurunkan gerimis, si Nenek akan berkata "Gerimis, nak. Kok nggak
bawa payung..." Kemudian, seperti biasa berkata "ati-ati, nak".
Dialog antara aku dan Nenek
memang selalu singkat seperti ini. Walapun begitu, kalau si Nenek nggak ada,
mataku selalu mencari-cari sambil bertanya-tanya pada diri sendiri, "Kok
Mbah nggak ada?" ; "Apa Mbah pindah tempat?" ; dan lain-lain.
Tiga semester aku mengamati
Nenek. Tubuhnya kurus. Ada gurat-gurat lelah di wajahnya. Mungkin usianya
sekitar tujuh puluhan. Dengan baju yang lusuh. Baju khas nenek-nenek Jawa.
Mengingatkanku pada cara berpakaian Nenekku dari garis Ibu.
Aku selalu merasa iba saat
melihat si Nenek. Duduk sendiri, melihat orang-orang yang lalu lalang di
depannya. Tanpa orang-orang itu sadari kalau ada si Nenek yang duduk mengamati
langkah kaki mereka. Jarang sekali orang-orang menyapa si Nenek atau sekedar
menoleh. Tapi untungnya, terkadang ada Pak Satpam kampus yang menemaninya ngobrol dan
aku turut senang untuk itu.
Aku nggak pernah tau darimana
si Nenek berasal. Rumahnya dimana? Sebenarnya apa yang Nenek itu lakukan di
situ? Kemana anak-cucu si Nenek? Kenapa anak-cucunya membiarkan si Nenek duduk
di situ panas maupun hujan? Apa mereka nggak khawatir?
Iya, aku heran. Apa Nenek itu
punya anak-cucu? Kalau punya, di usia-nya yang sudah rentah seperti sekarang,
seharusnya Nenek hanya bersantai di rumah. Diperhatikan dan dilayani. Bukan
seperti sekarang, kedinginan dan kepanasan.